Maumere, GardaFlores – Hingga akhir tahun ini (2024), angka prevalensi stunting di Kabupaten Sikka masih cukup tinggi. Data Dinas Kesehatan menyebutkan, jumlah balita yang mengalami kekurangan gizi sebanyak 2.677 anak atau sebesar 12,1 persen.

Hal itu terungkap dalam kegiatan Evaluasi Audit Stunting Kabupaten Sikka 2024 yang digelar di Auditorium Egon Kantor Bupati Sikka, Sabtu (14/12).

Data yang dirilis Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka menunjukan, walau masih tergolong tinggi, tetapi selama 5 tahun terakhir ada penunuran yang cukup signifikan.

Baca juga:
Inflasi di Maumere Naik 1,82 Persen pada November 2024

Walau begitu, angka 12,1 persen dengan jumlah balita sebanyak 2.677 orang masih ini jauh dari target zero stunting yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2018-2024.

Disebutkan, pada tahun 2019, prevalensi stunting tercatat sebesar 25,1%. Angka tersebut terus menurun menjadi 19,6% pada tahun 2020, 18,2% pada tahun 2021, 17,2% pada tahun 2022, 15,3% pada tahun 2023, dan pada tahun 2024 tercatat sebesar 12,1% dengan jumlah 2.677 balita.

Penjabat Bupati Sikka, Adrianus Firminus Parera mengatakan, prevalensi stunting merupakan indikator yang wajib dipenuhi oleh kepala daerah.

Penjabat Bupati Sikka, Adrianus Firminus Parera. (Foto: Karel/GardaFlores)

“Pemerintah Kabupaten Sikka terus berkomitmen untuk menurunkan angka prevalensi stunting dari waktu ke waktu. Angka 12,1% di tahun 2024 akan menjadi target di RPJMD untuk lima tahun mendatang,” kata Adrianus Firminus Parera yang biasa disapa Alfin Parera ini.

Atas upaya penurunan prevalensi stunting, Pemkab Sikka menerima Dana Insentif Daerah (DID) sebesar Rp 6 miliar dari pemerintah pusat.

Anggaran tersebut sebagian dialokasikan untuk kegiatan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) yang dikelola oleh Dinkes Sikka, serta untuk pengadaan armada angkut sampah dan operasional yang dikelola Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan.

Menurut Alfin, pengadaan armada sampah ini terkait erat dengan sanitasi dan kebersihan lingkungan, yang juga mempengaruhi angka stunting di daerah tersebut. “Terlalu banyaknya sampah dan kurangnya sanitasi dapat menjadi faktor penyebab stunting,” jelasnya.

Meski ada kemajuan, penanganan stunting di Kabupaten Sikka masih menghadapi sejumlah tantangan, baik dari sisi internal pemerintah maupun eksternal, yaitu kesadaran masyarakat.

Dalam evaluasi Pemkab Sikka, ditemukan beberapa kondisi yang masuk dalam kategori “3 Terlalu” dan “3 Terlambat” yang menjadi faktor penghambat penurunan prevalensi stunting.

“3 Terlalu” merujuk pada ibu hamil yang terlalu tua, terlalu muda, atau memiliki kehamilan yang terlalu sering. Sementara “3 Terlambat” mengacu pada keterlambatan dalam mengambil keputusan, mengakses layanan kesehatan, dan memberikan pelayanan yang tepat. Jika masalah-masalah ini dapat dikelola dengan baik, Alfin yakin prevalensi stunting di Kabupaten Sikka bisa terus menurun.

PLT Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka, Petrus Herlemus. (Foto: Karel/GardaFlores)

Sebaran Kasus Stunting

PLT Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka, Petrus Herlemus, mengungkapkan bahwa prevalensi stunting di Sikka pada tahun 2024 tersebar di 26 Puskesmas di wilayah Kabupaten Sikka.

Adapun rincian sebarannya adalah sebagai berikut: Puskesmas Paga 70 balita, Puskesmas Lekebai 69 balita, Puskesmas Wolofeo 142 balita, Puskesmas Nanga 26 balita, Puskesmas Bola 81 balita, Puskesmas Habibola 118 balita, dan beberapa Puskesmas lainnya di seluruh kecamatan.

Baca juga:
Pustu Desa Wolomapa Mangkrak dan Dibiarkan Terlantar

Selain itu, desa-desa yang menjadi lokus stunting antara lain Desa Mauloo, Lenandareta, Wolowona, dan Desa Mbengu di Kecamatan Paga, serta desa-desa lainnya yang tersebar di kecamatan-kecamatan di Kabupaten Sikka, seperti Kecamatan Nita, Magepanda, dan Alok Barat.

Pemerintah Kabupaten Sikka berkomitmen untuk terus melanjutkan upaya penanggulangan stunting dengan mengoptimalkan penggunaan dana insentif dan memperkuat kesadaran masyarakat tentang pentingnya gizi yang baik serta sanitasi lingkungan.

Dengan adanya sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak terkait, diharapkan prevalensi stunting di Kabupaten Sikka dapat terus menurun hingga mencapai target zero stunting pada akhir masa RPJMD 2024.»

(rel)

Tags:ADRIANUS FIRMINUS PARERAPETRUS HERLEMUSPrevalensi Stunting di Kabupaten Sikka Masih Tinggi