Maumere, GardaFlores – Anjelo Farminto Blikololong, siswa kelas 4 Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) di Maumere, Kabupaten Sikka mengalami kondisi kesehatan yang langka. Ia lahir tanpa alat kelamin.
Anak berusia 11 tahun itu kini tinggal bersama orangtua angkatnya Yohanes Talu Blikololong, seorang tukang bangunan, dan istrinya Yosefina Jago, di RT 009/RW 003 Kelurahan Wairotang, Kecamatan Alok Timur.
Yohanes Talu Blikololong dan istrinya Yosefina Jago ketika ditemui Sabtu (5/10/2024) mengatakan, Anjelo saat ini sangat membutuhkan perhatian dan bantuan agar segera mendapat perawatan medis.
Yohanes mengisahkan bahwa Anjelo yang lahir pada 9 September 2014, adalah anak yatim piatu. Ayah kandungnya sudah lama meninggal, sementara ibunya pun meninggal ketika Anjelo baru berusia dua bulan. Sebelum meninggal, ibu kandung Anjelo, yang merupakan adik kandung Yohanes, menyerahkan anaknya kepada Yohanes dan Yosefina untuk diasuh.
“Ibunya meninggal saat Anjelo baru berusia dua bulan. Sebelum meninggal, adik saya menitipkan Anjelo kepada saya dan istri. Kami menerima dengan ikhlas dan membesarkan Anjelo sejak saat itu,” ungkap Yohanes.
Yohanes menuturkan, setiap kali buang air kecil, urine keluar melalui tonjolan di perutnya, seperti seonggok daging yang menonjol pada pusarnya. Kondisi ini menyebabkan air seni terus merembes tanpa disadari oleh Anjelo.
Untuk mengatasi kondisi ini, Yohanes dan Yosefina harus menyiapkan pampers, tisu basah, serta salep setiap hari. Kebutuhan ini terus berlanjut seiring Anjelo tumbuh hingga usianya 11 tahun. Kendati berat, pasangan suami istri ini dengan penuh kasih sayang merawat Anjelo seperti anak mereka sendiri.
“Kami selalu berusaha merawat Anjelo dengan baik, meskipun kondisinya sulit. Kami tidak pernah lelah berjuang untuknya,” kata Yosefina.
Perjuangan Mencari Pengobatan
Yohanes dan Yosefina telah berupaya keras mencari pengobatan bagi Anjelo di berbagai rumah sakit besar, termasuk di Makasar, Bali, Irian, dan Surabaya. Namun, hingga saat ini, belum ada tanda-tanda perubahan pada kondisi Anjelo.
“Kami sudah pergi ke banyak rumah sakit, tapi belum ada perkembangan yang berarti. Meski begitu, kami tidak akan berhenti berusaha,” ujar Yosefina.
Sayangnya, meskipun sudah berusia 11 tahun, Anjelo belum pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah. Bahkan, kantor kelurahan yang hanya berjarak 20 meter dari rumah mereka, pun belum memberikan perhatian pun solusi atas kondisi Anjelo.
Kisah Anjelo akhirnya menarik perhatian Yayasan Kesembuhan Pasien Indonesia (KPI), sebuah lembaga kemanusiaan yang dipimpin oleh Muhammad Aryo. Yayasan ini berencana membantu Anjelo untuk menjalani operasi di Surabaya dengan dukungan tim medis profesional.
“Kami melihat kondisi Anjelo ini sangat langka dan membutuhkan penanganan medis khusus. Kami berkomitmen untuk membantu Anjelo mendapatkan pengobatan yang layak,” kata Aryo.
Saat ini, keluarga Anjelo hanya bisa menunggu jadwal operasi yang akan dilakukan melalui bantuan Yayasan Kesembuhan Pasien Indonesia. Harapannya, setelah operasi, Anjelo bisa menjalani hidup normal seperti anak-anak lainnya.
Kisah perjuangan Anjelo dan keluarganya menggugah kepedulian terhadap kondisi kesehatan langka yang membutuhkan penanganan serius. Peran pemerintah dan masyarakat sangat dibutuhkan untuk memberikan dukungan, baik dalam bentuk bantuan medis maupun finansial, agar Anjelo bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik.»
(rel)