Maumere,GardaFlores — Seorang warga korban erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki, Damianus Gatong Werang (32), asal Sukutukan, Desa Pululera, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, diduga mengalami penganiayaan oleh empat anggota TNI dari Koramil 1624/06 Boru, Kamis pagi, 1 Mei 2025.

Akibat tindakan kekerasan tersebut, Damianus mengalami luka lebam dan harus mendapat perawatan medis di Puskesmas Lewolaga.

Peristiwa bermula saat Damianus membonceng istri dan anaknya ke Puskesmas Boru untuk berobat. Dalam perjalanan, mereka berpapasan dengan seorang anggota TNI berinisial M yang sedang mengangkut rumput menggunakan sepeda motor. Debu jalan yang beterbangan akibat erupsi membuat pandangan terganggu, sehingga Damianus menegur M agar mengurangi kecepatan.

Baca juga:
Peringati Hardiknas 2025, Bupati Sikka Tegaskan Pendidikan Bermutu untuk Semua

“Dia tidak terima ditegur, lalu turun dari motor dan intimidasi saya. Saat itu saya hendak merekam untuk jaga-jaga jika terjadi sesuatu,” kata Damianus, Jumat (2/5/2025).

Menurut Damianus, M sempat meminta agar video tersebut dihapus dan terjadi adu mulut. Keduanya akhirnya dilerai oleh pengguna jalan lain. Damianus lalu mengantar keluarganya ke Puskesmas.

Keesokan harinya, dua anggota TNI mendatangi rumah Damianus dan memintanya datang ke Koramil Boru untuk menyelesaikan masalah. Damianus pun memenuhi permintaan tersebut dengan didampingi istrinya.

Namun, menurut pengakuannya, bukannya dimediasi, ia justru dianiaya oleh empat anggota TNI, termasuk M. Aksi pemukulan itu bahkan disaksikan langsung oleh istrinya dari luar ruangan kantor Koramil.

Baca juga:
TP PKK Sikka Deklarasikan Stop Kekerasan Terhadap Anak

“Saya dipukul pakai kabel, ditinju dan ditendang. Badan saya lebam. Setelah itu saya disuruh pulang begitu saja, tanpa permintaan maaf,” ujar Damianus.

Akibat penganiayaan tersebut, ia mengaku mengalami mual dan sesak napas hingga harus mendapat perawatan lebih lanjut di Puskesmas Lewolaga.

Kodim dan LSM Desak Tindakan Tegas

Dandim 1624 Flores Timur, Letkol Inf M. Nasir Simanjuntak, membenarkan keterlibatan anggotanya dalam peristiwa tersebut dan menyatakan bahwa pihaknya sedang melakukan proses mediasi.

“Sedang kita tuntaskan. Biarkan kita menyatu dengan rakyat, dan rakyat bersama TNI. Mediasi dilakukan agar pertemanan masyarakat dengan TNI tetap solid,” ujarnya.

Sementara itu, M menyatakan dirinya kesal karena cara Damianus menegur dianggap tidak sopan.

“Dia teriak ‘woe’. Kita sama-sama pengguna jalan, soal debu itu risiko bersama,” ungkap M.

Baca juga:
Oknum Petugas KSP Pintu Air Diduga Lakukan Penipuan, Jano Himbau Anggota Lapor ke Kantor Pusat

Lembaga Hukum dan HAM PADMA Indonesia turut mengecam tindakan kekerasan terhadap korban bencana tersebut. Ketua Dewan Pembina PADMA Indonesia, Gabriel Goa, dalam pernyataan tertulis, menyebut tindakan itu sebagai pelanggaran HAM dan mendesak agar para pelaku diproses secara hukum.

“Kami mengutuk keras kekerasan fisik dan psikis oleh oknum TNI terhadap warga sipil korban bencana. Kami juga mendesak Panglima TNI dan Pangdam Udayana menindak tegas para pelaku, serta meminta Bupati Flores Timur memberi pendampingan hukum kepada korban,” tegasnya.»

(rel)

Tags:Desa PululeraKabupaten Flores TimurKecamatan WulanggitangSukutukanWarga Korban Erupsi Lewotobi