karel pandu

Oleh:   Karel Pandu

Dalam diam, seseorang bekerja keras menjaga agar pelayanan kesehatan tetap berjalan, meski dengan segala keterbatasan. Ia bukan pahlawan yang haus sorotan. Ia adalah dokter, pelayan masyarakat, dan seorang pemimpin yang mengelola rumah sakit daerah bukan demi jabatan, tapi karena panggilan hati. Ia adalah saudara  saya, dr. Clara, Direktur RSUD TC Hillers Maumere.

Belakangan, ia menjadi sasaran tudingan yang tidak berdasar. Isu soal insentif Rp75 juta untuk seorang dokter anestesi dari luar daerah digoreng sedemikian rupa seakan-akan RSUD TC Hillers adalah ladang praktik kotor. Padahal, saudara saya telah menyampaikan bantahan terbuka. Audit dari Inspektorat, auditor independen, BPK, hingga KPK menunjukkan bahwa keuangan rumah sakit bersih dan dikelola dengan akuntabilitas tinggi.

Lalu kenapa tetap diserang?

Saya percaya ini bukan semata soal insentif. Ini tentang kepentingan politik. Sejak dr. Clara dinyatakan sebagai satu-satunya kandidat yang lolos seleksi terbuka untuk jabatan Kepala Dinas Kesehatan, tekanan mulai terasa. Ada yang tidak nyaman jika ia menduduki posisi strategis itu, karena ia tidak mudah diajak kompromi, apalagi jika itu berpotensi merugikan negara.

Karakter seperti inilah yang sering menjadi ancaman bagi mereka yang terbiasa menggunakan kekuasaan demi kepentingan pribadi. Maka cara paling murah dan kejam adalah menggiring opini publik untuk membunuh karakter. Seolah-olah ia tidak mampu memimpin, padahal justru karena sikapnya yang tegas menjaga prinsip itulah rumah sakit bisa tetap surplus, berkontribusi pada PAD (Pendapatan Asli Daerah), dan melayani masyarakat secara optimal meski dengan sumber daya terbatas.

Saya ingin menyampaikan satu hal kepada masyarakat Sikka: jangan buru-buru mengadili. Jangan hanya mendengar satu sisi cerita. Lihat rekam jejaknya. Selama ini, RSUD TC Hillers tetap berjalan, bahkan lebih baik dibanding sebelumnya. Kenapa yang bekerja dalam diam justru dicurigai, sementara yang pergi meninggalkan tanggung jawabnya justru dielu-elukan?

Tentang beban kerja, mari kita adil. Disebutkan seorang dokter anestesi melakukan 300 tindakan dalam sebulan – artinya 10 per hari. Jika dibagi dua orang, berarti masing-masing lima tindakan. Bandingkan dengan dokter spesialis lain yang bisa melakukan 10 hingga 20 tindakan per hari tanpa mengeluh. Banyak dari mereka bukan putra daerah, membiayai sendiri sekolah spesialisnya, tapi tetap bertahan di Sikka. Karena mereka punya hati untuk mengabdi. Mereka tidak meminta sorotan.

Saya dan keluarga tahu betul, saudara kami tidak sempurna. Tapi kami tahu ia bekerja dengan integritas. Bahkan ketika ayahnya meninggal dunia karena ia terlambat datang memberikan pertolongan akibat urusan tugas negara, kami tidak mengeluh. Karena kami tahu itu risikonya sebagai abdi negara.

Tapi justru yang meninggalkan daerah dan tanggung jawabnya demi gaji yang dianggap kecil, malah dielu-elukan sebagai pahlawan. Lalu, pemimpin yang setia melayani, menjaga uang negara, dan bekerja dalam senyap – diseret dalam drama politik yang murahan.

Kami bangga pada dr. Clara, karena meski dibully, dicaci, dan dilukai, ia tetap memilih diam. Ia hanya meminta kami mendoakan mereka yang menyakitinya. Dan ia selalu bilang, “Jika orang benar disakiti dan ia tidak membalas, lalu ia menyampaikan rasa sakitnya kepada Tuhan, hati-hatilah… karena doa orang yang teraniaya didengar cepat oleh-Nya.”

Sebagai keluarga, kami hanya ingin menyampaikan bahwa jabatan bukanlah tujuan. Seperti pesan ibunya yang sudah sepuh dan juga mantan tenaga kesehatan: “Nona, mama sekolahkan kamu jadi dokter, bukan jadi pejabat.” Jabatan hanyalah kepercayaan. Kalau orang tak lagi percaya, lebih baik mundur dengan hormat.

Tapi kalau yang sedang bekerja dengan benar dihancurkan hanya karena tidak tunduk pada kekuasaan, maka sesungguhnya kita sedang kehilangan satu per satu orang baik yang bisa jadi harapan masa depan.

Kami hanya memohon: bijaklah dalam menilai. Jangan sampai kepentingan politik sesaat merusak pelayanan kesehatan yang sudah susah payah dibangun.»

Tags:dr. ClaraRSUD TC. Hillers