Oleh Karel Pandu
Kampung Wuring Laut di Kabupaten Sikka adalah potret nyata kehidupan masyarakat pesisir Indonesia. Di tengah keindahan panorama laut yang memikat, ribuan kepala keluarga menggantungkan hidup dari hasil tangkapan yang tak selalu menentu. Mereka adalah para nelayan tangguh dan mama lele—para ibu yang menjadi tulang punggung ekonomi keluarga dengan menjual hasil laut. Namun, di balik ketangguhan itu, terbentang berbagai tantangan yang mendesak perhatian serius dari pemerintah.
Harapan besar kini menggantung pada kunjungan Wakil Presiden Republik Indonesia, Gibran Rakabuming Raka. Sebagaimana disampaikan oleh Hj. Tati, seorang tokoh masyarakat setempat, kehadiran langsung pejabat tinggi negara seperti Wapres Gibran di Kampung Wuring Laut bukanlah sekadar kunjungan seremonial. Ini adalah momen krusial bagi pemerintah pusat untuk benar-benar melihat dan merasakan denyut nadi kehidupan masyarakat pesisir, yang selama ini seringkali terpinggirkan dalam pembangunan.
Kondisi riil di Wuring Laut berbicara banyak. Keterbatasan akses terhadap fasilitas dasar seperti air bersih dan sanitasi masih menjadi masalah klasik yang menghantui. Secara ekonomi, fluktuasi harga ikan yang tak terkendali dan minimnya fasilitas pendukung perikanan seperti cold storage membuat para nelayan dan mama lele rentan terhadap kerugian. Peran mama lele, yang sangat vital dalam rantai ekonomi lokal, sayangnya belum mendapat pengakuan dan dukungan yang memadai. Mereka berjuang bukan hanya untuk menjual ikan, tetapi juga untuk memastikan dapur tetap mengepul dan anak-anak mereka bisa meraih pendidikan yang layak.
Oleh karena itu, harapan kunjungan Wapres Gibran dapat terwujud bukan hanya sekadar impian. Ini adalah panggilan hati dari masyarakat yang membutuhkan uluran tangan. Bantuan alat tangkap yang ramah lingkungan, pembangunan cold storage untuk menjaga kualitas hasil tangkapan, pelatihan pengolahan hasil laut untuk meningkatkan nilai tambah, serta akses permodalan yang mudah bagi mama lele adalah langkah-langkah konkret yang sangat dinantikan. Langkah-langkah ini bukan hanya akan meningkatkan kesejahteraan ekonomi, tetapi juga memberikan harapan baru bagi generasi muda Wuring Laut agar tidak terpaksa meninggalkan bangku sekolah demi ikut melaut sejak dini.
Lebih dari itu, Kampung Wuring Laut juga menyimpan potensi lain yang belum sepenuhnya tergali: pariwisata. Keunikan arsitektur rumah panggung, kekayaan tradisi suku Bajo dan Bugis, serta aktivitas keseharian masyarakat dapat menjadi daya tarik wisata budaya dan bahari yang otentik. Kunjungan Wapres, jika terwujud, bisa menjadi momentum strategis untuk mempromosikan potensi ini dan mendorong sinergi antara pemerintah pusat dan daerah dalam mengembangkan pariwisata berbasis komunitas yang benar-benar memberdayakan masyarakat lokal.
Pada akhirnya, harapan masyarakat Wuring Laut adalah cerminan dari harapan jutaan masyarakat pesisir lainnya di seluruh Indonesia. Mereka tidak meminta kemewahan, melainkan perhatian, dukungan, dan kebijakan yang pro-rakyat agar mereka dapat hidup lebih layak dan berkontribusi secara optimal bagi bangsa. Semoga harapan ini didengar, dan semoga kunjungan ke Wuring Laut, jika terwujud, menjadi awal dari sentuhan negara yang lebih nyata dan merata bagi seluruh masyarakat pesisir Indonesia. Terimakasih.»