Oleh : Karel Pandu
Baru-baru ini, kasus dugaan pelecehan yang melibatkan Aipda IW, seorang anggota kepolisian di Polres Sikka, telah mengguncang banyak kalangan. Seorang siswi SMP berusia 15 tahun, berinisial KJN, menjadi korban tindakan tidak pantas yang seharusnya tidak boleh terjadi.
Pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur adalah masalah yang sangat serius dan perlu menjadi perhatian kita bersama. Dalam kasus ini, IW tidak hanya melanggar hukum, tetapi juga merusak masa depan dan psikologi seorang anak. Ketika seorang anggota polisi, yang seharusnya melindungi masyarakat, terlibat dalam tindakan seperti ini, kepercayaan publik terhadap institusi kepolisian dapat terguncang. Ini menciptakan kesan bahwa ada kekebalan hukum bagi mereka yang seharusnya menjadi penegak hukum dan pengayom masyarakat.
Dari awal kronologi kejadian, kita bisa melihat bagaimana pelaku, dengan cara yang sangat manipulatif, mendekati korban. Meminta nomor telepon dan kemudian menggunakan aplikasi media sosial untuk mengeksploitasi anak tersebut adalah tindakan yang sangat tercela. Kebanyakan anak di usia tersebut masih rentan dan tidak siap menghadapi tawaran dan tekanan dari orang dewasa. Ini menekankan pentingnya pendekatan pendidikan bagi anak-anak tentang bahaya pelecehan seksual dan bagaimana mereka bisa melindungi diri.
Orang tua KJN, meskipun awalnya ragu, akhirnya memiliki keberanian untuk melaporkan tindakan ini ke pihak berwajib. Ini menunjukkan betapa sulitnya bagi keluarga yang terlibat untuk mengambil langkah tersebut, terutama ketika pelakunya adalah seseorang yang seharusnya melindungi mereka. Dukungan dari masyarakat dan hukum untuk korban sangat penting dalam kasus seperti ini, agar tidak ada anak lain yang menjadi korban.
Aksi istri pelaku yang datang meminta maaf dan mencoba menghapus bukti menunjukkan betapa kompleksnya situasi ini. Meskipun permohonan maaf itu mungkin tulus, itu tidak bisa menghapus tindakan yang sudah dilakukan oleh seseorang sebagai pelindung masyarakat. Ini mengingatkan kita bahwa upaya untuk menutupi kejahatan tidak seharusnya ditoleransi dan harus mendapat respons tegas dari aparat penegak hukum.
Polres Sikka telah menyatakan komitmennya untuk menindak tegas setiap anggotanya yang terbukti melakukan pelanggaran. Namun, tindakan ini harus disertai dengan sikap transparansi dan proses hukum yang jelas agar masyarakat melihat adanya keadilan. Kita perlu memastikan bahwa tidak ada kekebalan hukum bagi pelaku, tidak peduli siapa pun mereka.
Kepada semua pihak, ini adalah panggilan untuk bertindak. Tidak tinggal diam saja. Para pelaku pelecehan seksual terhadap anak-anak perlu ditindak secara tegas.
Kita harus menciptakan lingkungan yang aman bagi anak-anak kita dan berani melawan setiap tindakan pelecehan yang terjadi. Masyarakat diimbau untuk melaporkan dan mendukung korban, serta mendorong tindakan hukum yang tegas terhadap setiap pelanggar, termasuk mereka yang berstatus sebagai aparat keamanan.
Kasus ini seharusnya menjadi pengingat bagi kita semua bahwa melindungi anak-anak dari pelecehan seksual adalah tanggung jawab bersama. Mari kita bersatu untuk menciptakan dunia yang lebih aman bagi generasi mendatang. Terimakasih.»