Maumere, GardaFlores—Antonius Hubertus Parera (64) asal kelurahan kota Uneng, kecamatan Alok, Kabupaten Sikka meninggal dunia di Rumah Sakit Umum TC Hillers Maumere, Rabu (15/1/2025), sebelum sempat menjalani operasi.
Kematian pasien yang didiagnosis mengalami usus buntu pecah ini disebabkan oleh sejumlah faktor, termasuk tidak adanya dokter anestesi di rumah sakit tersebut.
Baca juga:
Femy Bapa Dilantik Lagi Sebagai Penjabat Sekda Sikka
Direktur RSU TC Hillers, dr. Clara Francis mengisahkan, Antonius masuk rumah sakit pada Kamis, 9 Januari 2025, dengan keluhan tidak bisa buang air besar (BAB) selama empat hari. Awalnya, kondisi pasien cukup stabil dan menjalani perawatan konservatif karena diduga mengalami infeksi saluran pencernaan. Selama beberapa hari, kondisinya membaik, dan pasien bahkan sudah bisa BAB dan merasa lebih baik.
Namun, pada Senin, 13 Januari 2025, hasil pemeriksaan USG mengungkapkan adanya cairan bebas di dalam perut pasien, yang menunjukkan usus buntu yang pecah. Hal ini mengharuskan pasien segera menjalani operasi untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Pasien juga diketahui menderita penyakit jantung, yang memperburuk kondisi kesehatannya.
“Pasien ini mengalami kondisi yang cukup kompleks, tidak hanya karena masalah pencernaannya, tetapi juga karena penyakit jantungnya,” ujar dr. Clara.
Baca juga:
Virus ASF Menyerang Lagi, Sejumlah Babi di Sikka Mati Mendadak
“Pada saat itu, kami sudah merencanakan operasi, namun tidak ada dokter anestesi yang tersedia di rumah sakit,” tambahnya.
Di RSU TC Hillers terdapat dua dokter anestesi. Namun, salah satu sedang cuti, sementara yang lain kontraknya telah berakhir pada 5 Desember 2024. Oleh karena itu, tidak ada tenaga anestesi yang dapat menangani prosedur tersebut. Dalam situasi seperti ini, rumah sakit harus merujuk pasien ke fasilitas kesehatan lain, seperti di Flores Timur atau Ende.
“Jika dokter anestesi tidak tersedia, kami harus merujuk pasien ke rumah sakit lain. Ini adalah prosedur yang harus diikuti karena anestesi adalah bagian dari kompetensi yang tidak bisa digantikan oleh dokter lain,” jelas dr. Clara.
Kondisi Antonius semakin memburuk, dan meskipun upaya perawatan konservatif dilakukan, usus buntu yang pecah dan masalah jantung membuatnya tidak dapat bertahan.
Menurut dr. Clara, sebelum operasi dilakukan, biasanya pasien akan mendapatkan edukasi terkait risiko operasi, termasuk kemungkinan terburuk yang dapat terjadi, baik selama maupun setelah prosedur.
Baca juga:
Pedagang Pasar Alok Protes Kenaikan Tarif Parkir dan Kondisi Pasar Kumuh
Dr. Lintang, dokter bedah yang menangani Antonius menambahkan, setelah USG pada malam 13 Januari, operasi harus segera dilakukan. Namun, tanpa adanya dokter anestesi, hanya ada dua pilihan yakni merujuk pasien atau menunda operasi. Sayangnya, kondisi pasien sudah semakin kritis dengan usus buntu yang pecah.
Menurut dr. Clara, jika ada situasi serupa di masa depan, pasien yang membutuhkan operasi dan tidak memiliki akses ke dokter anestesi di RSU TC Hillers harus segera dirujuk ke rumah sakit lain. “Ini adalah prosedur standar, dan rumah sakit lain juga sering melakukan rujukan ke RSU TC Hillers jika kami memiliki fasilitas yang dibutuhkan,” tuturnya.»
(rel)