Oleh Anton Yohanis Bala
»Pengacara dan Aktivis HAM
Jangan tanya kualitas calon kepala daerah saat ini! Kamu akan ditertawakan oleh mayoritas orang, dan minoritas lainnya akan tersenyum-senyum, ketika kamu mempertanyakan kualitas intelektual, integritas dan rekam jejak calon kepala daerah saat ini. Karena hal itu tidak penting dan bukan kebutuhan di mata para pemilih saat ini. Kalaupun ada wacana, itu hanya lisptik dan pemanis bibir belaka. Bukan tuntutan yang serius.
Kala ini, ketika demokrasi semakin disadari dan dijalankan oleh setiap orang, ia pun tampak semakin sederhana dan hanya sekedar prosedur belaka. Substansinya menjadi tak terperlukan lagi. Bahkan mekanisme transaksional dan “saling bunuh” sudah dianggap lumrah dan diterima akal.
Hal-hal prinsip seperti, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan hak sipil dan politik, keamanan bersama dan keselamatan serta kesinambungan pelayanan alam, atau prinsip kesejahteraan rakyat sebagai bonum commune itu hanyalah sebuah retorika standar yang dengan mudah diingkari persis setelah diucapkan.
Ini ibarat menghafal doa saja, karena sering diucapkan dalam ritual-ritual standar. Tapi tidak menjadi kesadaran yang aplikatif sifatnya. Sampai-sampai orang yang mau mencuri barang orang lain atau korupsi-pun diawali dengan doa (permohonan perlindungan dari YME). Dalam demokrasi permohonan itu didaraskan kepada rakyat agar memberikan persetujuan dan memilih mereka.
Kita tidak pernah ikut terlibat dalam menentukan siapa calon pemimpin kita. Kita pasif dan hanya menunggu siapa yang tersedia dan disediakan sebagai calon pemimpin oleh dirinya sendiri dan/atau oleh orang lain. Kita hanya menjadi obyek dari kepentingan orang lain yang sedang berdoa untuk keselamatan dan kesejahteraan kita tanpa kita tahu dia jujur atau berbohong. Karena itu, banyak diantara kita tanpa sadar terpukau pada retorika, janji-janji manis dan penampilan fisik.
Ada calon yang dengan bangga berkata, bahwa: “Pemilukada Harus Damai dan Gembira Ria”, padahal dia baru saja membunuh nasib dan karier orang lain yang telah bertahun-tahun meniti karier dengan keringat dan darah, tapi terpental oleh jaringan dinasti.
Ada calon yang terus menuai kritikan untuk kepemimpinan sebelumnya karena dianggap telah ingkar janji, tapi dengan percaya diri terus menjual sisi keberhasilannya sambil menutupi sisi kegagalannya dengan harapan surga baru bagi warga masyarakat.
Ada calon, yang meminta dan telah mendapat mandat rakyat untuk fungsi Legislatif, tapi belum dijalankan sungguh-sungguh sudah minta lagi mandat baru untuk fungsi eksekutif.
Ada calon yang tidak omong banyak, tapi punya modal sosial dari pengalaman bisnis dan tentunya punya duit banyak saat ini. Ingat prinsip ekonomi yang diajarkan di sekolah dulu, yakni: “Pengorbanan yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya”.
Ada calon, dari jalur independen, namun dari pengalaman selama ini menunjukan, independen tidak pernah ada yang bisa bertahan menjadi independen hingga akhir jabatannya. Mereka selalu kalah dengan konspirasi partai politik dan tunduk. Orang sebelumnya paling independen pun saat ini telah menjadi ketua partai politik.
Dalam ungkapan sederhana Demokrasi diartikan: DARI, OLEH dan UNTUK RAKYAT. Mari kita lihat satu persatu:
Apakah semua calon yang ada saat ini berasal DARI RAKYAT yang mengusulkan? Ataukah mereka berasal DARI kehendak dirinya sendiri dan kehendak partai politik?
Apakah mereka dipilih OLEH RAKYAT? Yah itu Pasti, karena ada ritual yang namanya Pemilu-kada, walaupun ada transaksi dan segala macam problem di sana, tapi hasilnya tetap sah.
Apakah hasilnya UNTUK RAKYAT? Tunggu dulu. Jawaban atas pertanyaan ini, kita harus merujuk pada apakah mereka berasal DARI RAKYAT atau berasal dari kehendak sendiri dan dari utusan partai politik. Dari sinilah kita akan tahu kemana arah pengabdian mereka.
Ayo Rakyat, jangan membiarkan terus dibodohi, lalu pasrah, ikut arus dan tanpa daya kritis sedikitpun menghadapi fenomena ini. Kita tidak boleh percaya dengan pembelaan-pembelaan mereka ketika telah melakukan ingkar janji, lalu berkata: “Pemimpin juga adalah manusia yang tidak luput dari salah dan dosa”.
Semua yang sudah, sedang dan akan terjadi dalam proses politik ini, bukanlah sesuatu yang muncul tiba-tiba. Ini adalah skenario kekuasaan dan penguasaan yang direncanakan secara sistematis oleh kelompok kuat. Oleh karena itu, pastikan pilihan anda pada mereka yang mampu anda kontrol di masa yang akan datang. Apabila tidak, kita akan hanya mengganti orang tapi masalahnya tetap sama. Tabe!»