Maumere, GardaFlores – Ini kisah Praeses Seminari San Dominggo Hokeng, Romo Martinus Kapitan, Pr tentang situasi yang mereka hadapi pada Rabu (6/11/2024) malam dan Kamis (7/11/2024) pagi hingga siang.

Ketika dihubungi Jumat (8/11/2024) pagi, Romo Martinus mengatakan, “Saya sudah mengungsi ke Larantuka. Saya sekarang ada di rumah Dekenat Larantuka”.

Sebelumnya, ketika ditemui di Hokeng, Senin 4 November, Romo Martinus mengatakan, ia akan bertahan di Seminari Hokeng untuk menjaga tempat pendidikan para calon imam tersebut. Ibarat kapal, katanya, kapten kapal harus tetap ada di atas kapal. 

Namun, setelah semua siswa dan guru serta para karyawan dievakuasi, kemudian terjadi letusan beruntun pada Kamis pagi, Romo Martinus dan Romo Yosdo (Wakil Praeses Rm Yosef Dominikus) akhirnya meminta kolega mereka Romo Fila untuk menjemput mereka.

Baca juga:
Gunung Lewotobi Meletus, 9 Tewas dan 5 Fasilitas Umum Rusak 

Berikut ini kisahnya: 

Hari Rabu (6/11/2024) malam itu ada keluar material berupa abu dan ada juga percikan api. Tidak banyak tapi jatuh di sekitar Seminari. 

Sebelumnya, pada Rabu sore, kami melakukan aktivitas seperti biasa. Saya dan Romo Yosdo bersama seorang karyawan sedang cek jaringan listrik di kompleks Seminari dengan menghidupkan mesin genset. 

Listrik PLN memang sudah hidup lagi, tapi meterannya kami matikan karena kuatir ada kabel yang putus sejak letusan besar hari Minggu (3/11/2024) malam. Ternyata jaringan listriknya baik di semua ruangan, kecuali ruang tidur siswa Kelas X yang sengaja tidak dihidupkan karena kerusakan di ruangan tersebut cukup parah.

Listrik dari genset itu dibiarkan menyala hingga jam 9 malam (Pukul 21.00 Wita). 

Sekitar jam 10 malam, karyawan kami melihat ada material yang menyala turun dari gunung. Dia beri laporan dan meminta kami untuk segera mengungsi ke Boru. Tapi kemudian dia sendiri yang pergi. Kami lain tetap bertahan di Seminari. Kami memutusan untuk berlindung di katakombe (Ruang bawah tanah di bawah bangunan gereja di Seminari Hokeng).

Selain saya dan Romo Yosdo, juga ada seorang ibu guru, namanya ibu Sinta dan anaknya, juga ada seorang karyawati namanya Mia So’o dan seorang karyawan namanya Caesar. Kami berlindung di katakombe sampai pagi. 

Dari pagi hingga sekitar pukul 10.00 keadaan cukup tenang. Tetapi kemudian gemuruh lagi. Ada awan dan abu hitam pekat. Mulanya saya mengira itu hal biasa. Saya juga sempat membuat beberapa rekaman video. Bahkan, saya bersama Romo Yosdo duduk di kursi menghadap ke arah gunung untuk menikmati panorama ini. 

Baca juga:
232 Siswa Seminari Hokeng Dievakuasi, 5 Orang Alami Luka Parah

Tetapi tak lama kemudian kami lihat ada percikan api. Kami sadar bahwa keadaan ini berbahaya, lalu kami segera kembali lagi ke katakombe. Kami ada di sana sekitar 1 jam lebih. Pada saat itu, suasana mulai jadi gelap dan abu turun banyak, lalu terdengar bunyi gemuruh, tapi bukan dari gunung. Ini suara guntur. Selain itu, kami juga mencium bau belerang yang tajam sekali. 

Kami cemas karena dua hal. Pertama kami kuatir bukan hanya bau belerang tetapi gas beracun. Kedua, kami kuatir ada gempa. Maka kami sempat keluar untuk memantau siatuasi, kemudian kembali lagi ke katakombe. Beberapa kali berulang seperti itu. Situasinya sungguh mencekam.

Setelah 1 jam, kami lihat keadaan sudah mulai membaik, kami keluar dan kontak romo ekonom, Romo Fila untuk menjemput kami keluar dari Seminari Hokeng. Waktu itu sekitar jam 1 lewat (Pukul 13.00 Wita).

Romo Fila akhirnya setuju untuk jemput kami. Maka kami mulai kumpulkan apa saja yang bisa kami bawa terutama dokumen-dokumen penting antara lain buku induk dan mengamankan beberapa dokumen lain di tempat yang lebih aman. Mudah-mudahan bisa selamat. Kami berharap.

Setelah itu kami pergi ke dapur untuk cari makan sedikit. Sesudah makan, kami sempat kasih makan babi dan kambing. (Babi milik Seminari Hokeng ada sekitar 100 ekor dan kambing sekitar 40 ekor). Setelah beres baru kami dijemput.

Baca juga:
Ruas Jalan Maumere-Larantuka Ditutup, Lalulintas Dialihkan Melalui Jalur Pantura

Saat Romo Fila hendak menjemput kami, pihak kepolisian sudah menutup jalan menuju ke Hokeng. Pihak kepolisian sempat menghentikan Romo Fila dan menjelaskan bahwa situasi sudah sangat berbahaya. Tapi Romo Fila kemudian diizinkan setelah menyatakan akan menanggung sendiri segala resiko yang bakal timbul. Romo Fila tiba di Seminari Hokeng sekitar pukul 15.00 Wita. 

Kami yang dijemput, selain saya dan Romo Yosdo, juga ibu Sinta. Sementara anaknya tidak ikut. Anaknya bersama bapaknya, seorang alumnus Seminari juga, namanya Mikael Tara Welan. Mereka masih membereskan beberapa barang di rumah dan mungkin akan mengungsi ke Boru. Selain kami bertiga, ada juga karyawati. Mereka turun di pengungsian Lewolaga dan kami bertiga lanjut dan sampai ke Larantuka.»

(fer)

Tags:katakombeLarantukaRomo Martinus KapitanSeminari San Dominggo HokengYosef Dominikus