Maumere, GardaFlores—Kamis siang, 8 Mei 2025, suasana di kantor pusat KSP Kopdit Pintu Air di Dusun Rotat, Desa Ladogahar, terasa berbeda dari biasanya. Gemuruh tepuk tangan dan raut wajah antusias para anggota koperasi mewarnai ruang RAT ke-XXIX Tahun Buku 2024.
Bukan hanya laporan tahunan yang menjadi sorotan hari itu, tetapi juga sebuah peristiwa istimewa: peluncuran buku sejarah koperasi bertajuk “Menghimpun Pasir Nan Terserak & Mukjizat Tuhan.”
Baca juga:
Ketua Kopdit Pintu Air Dipuji karena Dedikasi dan Keteladanan, Uskup Maumere: Yakobus Jano adalah “Rasul Awam”
Buku setebal 400 halaman itu merupakan hasil karya Damian Marjono, penulis sekaligus pengagum gerakan koperasi rakyat. Dengan nada haru, Damian mempersembahkan buku tersebut sebagai penghormatan bagi perjuangan panjang KSP Kopdit Pintu Air sejak berdiri pada 1 April 1995.
“Buku ini bukan sekadar catatan sejarah,” ungkap Damian dalam sambutannya. “Ini adalah jejak langkah para petani, nelayan, buruh, dan peternak yang telah menjadikan koperasi ini sebagai wadah perjuangan dan harapan.”
Judul buku yang metaforis, “Menghimpun Pasir Nan Terserak,” merujuk pada semangat gotong royong yang mengakar kuat dalam koperasi ini. Damian menggambarkan para anggota koperasi sebagai butiran pasir yang awalnya tercerai-berai, namun kemudian dihimpun menjadi bangunan kokoh bernama KSP Kopdit Pintu Air.
Baca juga:
Polres Sikka Gencar Sosialisasi Bahaya Premanisme kepada Masyarakat
Proses penulisan buku ini terbilang singkat, namun bermakna. Damian mengakui bahwa dokumentasi koperasi yang rapi serta pertemuannya dengan tokoh-tokoh kunci, termasuk Agus Nong selaku Sekretaris I KSP Kopdit Pintu Air, memberi energi besar bagi lahirnya buku ini.
Di balik narasi heroik, buku ini juga mengungkapkan masa-masa sulit di awal perjalanan koperasi: kepercayaan yang diragukan, kemampuan manajemen yang dipertanyakan, hingga badai keraguan dari berbagai pihak. Namun, semua itu dihadapi dengan dedikasi dan akuntabilitas tinggi. Laporan pertanggungjawaban pengurus dan pengawas koperasi yang setiap tahun diaudit dan disahkan dalam RAT, menjadi bukti nyata atas integritas lembaga ini.
Bagi Damian, buku ini hanyalah permulaan. Ia menyebutnya sebagai “catatan kecil dari karya besar” yang telah diwujudkan oleh para pejuang kesejahteraan di KSP Kopdit Pintu Air. Di hadapan para anggota koperasi, ia menyampaikan harapan agar kisah ini dapat menjadi inspirasi bagi gerakan koperasi lainnya di Indonesia.
Hari itu, RAT bukan hanya soal angka dan laporan. Ia menjadi panggung bagi sejarah yang ditulis dengan ketekunan, keringat, dan semangat kebersamaan. Sebuah hari di mana koperasi bukan hanya dihitung, tetapi juga dikenang.»
(rel)