Maumere, gardaflores.com – Masih ingat kasus kematian Nenek Erni yang ditemukan telah membusuk dan berulat di Ruko Indomesin, Jalan Doan Juan, Kelurahan Kotauneng, Kecamatan Alok, Kabupaten Sikka?

Kasus tersebut kini disikapi secara serius oleh kedua cucu nenek Erni, yakni Ermelinda Indah dan Richardo T. Kedua cucu itu melaporkan paman mereka Johni Titi bersama isterinya, Maria Lindawati dan anaknya Wenda Rustanto alias Emilia ke Polres Sikka, Rabu (21/8/2024).

Ermelinda dan Richardo didampingi 3 pengacara yang menjadi  Tim Kuasa Hukum mereka. Ketiga pengacara itu yakni Yohanes Dominikus Tukan, SH, Alfonsus Ase, SH. M.Hum, dan Doni Irwan Ngari, SH.

Kepada media, Domi Tukan mengatakan, laporan klien mereka telah diterima dengan surat tanda penerimaan laporan nomor LP/B/121/VIII.2024. SPKT. Polres Sikka/Polda Nusa Tenggara Timur.

“Kami sudah lapor. Tinggal menunggu proses penyelidikan dan penyidikan. Kami yakin perkara ini pasti P21,” kata Domi Tukan.

Domi Tukan mengatakan, sebelum melapor ke Polres Sikka, pihaknya telah mempelajari kasus kematian Nenek Erni yang ditemukan dalam keadaan sudah membusuk dan berulat pada Sabtu, 3 Agustus lalu.

Sebagai kuasa hukum, Domi Tukan memohon kepada penyidik untuk melakukan otopsi terhadap jenazah Nenek Erni yang telah dikuburkan itu. Jika penyidik tidak melakukannya, maka pihak keluarga akan meminta sendiri untuk melakukan otopsi atas kematian yang dinilai tidak wajar itu.

Ketidakwajaran itu, kata Domi Tukan, antara lain karena sikap Johni Titi dan keluarganya yang terkesan menutupi kematian Nenek Erni. Ada juga unsur kelalaian dan pembiaran. Juga ada unsur kekerasan. 

“Kami terpanggil untuk melaporkan Johni, isterinya dan anaknya secara resmi ke Polres Sikka setelah kami mempelajari data dan bukti secara komprehensif,” ujar Domi Tukan. 

 
BACA JUGA
Kuasa Hukum Johni Titi Bantah Nenek Erni Trio Disekap

 

Alfons Ase menambahkan, pasal yang menjerat Johni dan keluarganya itu yakni pasal 44 dan 49 dalam UU No. 23/2014  tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga.   

Selain itu berdasarkan kronologi yang diperolehnya, mereka juga menggunakan pasal 306 tentang penelantaran, pasal 359 tentang kelalaian yang mengakibatkan orang mati dan pasal 338 yakni adanya kesengajaan yang menimbulkan kematian orang. Juga ada dugaan terkait pasal 181 KUHP yaitu menyembunyikan mayat korban.

“Matinya almarhum Erni, sampai dengan adanya belatung pada tubuh jenazah, padahal ada anak kandung. Ada menantu dan ada cucu. Ini pasal yang kami gunakan dalam laporan Polisi,” kata Alfons Ase.

Selain pasal yang terakomodir, kuasa hukum juga akan menyampaikan secara lisan kepada penyidik. Hal ini karena sistem pelaporan tidak memungkinan untuk mencantumkan semua pasal yang diduga dilakukan Johni dan keluarganya.

“Ini bukan merupakan kelalaian penasehat hukum. Tetapi karena sistem. Dari fakta-fakta kejadian yang ditemukan terdapat 6 pasal yang bisa menjerat Johni dan keluarganya,” kata Alfons Ase.

“Pasalnya banyak karena perbuatan seperti ini terdiri dari 3 orang pelaku. Mungkin saja masing-masing pelaku akan memenuhi syarat-syarat hukum dengan pasal yang berbeda, karena terlapor ada tiga orang,” tambahnya.

Alfons maupun Domi mengaku memiliki sedikitnya 10 saksi dalam kasus tersebut yang terdiri dari orang yang melihat langsung di TKP, Ketua RT, pegawai rumah sakit, sopir ambulans, bahkan ada saksi lain yang belum bisa disebutkan.»

(rel)

Tags:ALFONS ASEDOMI TUKANINDEMESINKOTAUNENGMAUMERENENEK ERNIPolres Sikka