Maumere, gardaflores.com—Warga Desa Munerana, Kecamatan Hewokloang, Kabupaten Sikka, Rabu (31/7/2024) melakukan ritus Tolak Bala. Ritus ini dimaksudkan untuk memagari kampung atau desa dari aneka penyakit dan malapetaka.

Seremoni adat yang dalam bahasa daerah disebut sebagai Uru Piren Tada Garan ini dipimpin oleh Ketua Lembaga Adat Desa Munerana, Robert Raga.   

Robert Raga mengatakan, “Ritus adat ini bertujuan untuk memagari desa dari segala penyakit dan malapetaka”.

Dia mengatakan, dulu ketika ada serangan Virus Covid 19, pemerintah desa bersama lembaga adat melakukan ritus  tolak bala atau uru piren tada garan ini untuk memagari diri dari serangan penyakit. Saat itu, katanya lagi, jika ada serangan penyakit, diminta agar hewan peliharaan saja yang menjadi korban.

“Ritus ini sekaligus ingin mencabut kembali pernyataan kita saat itu bahwa yang boleh menjadi pengganti manusia adalah hewan peliharaan kita. Saat itu yang menjadi korban hanyalah binatang peliharaan seperti babi, sapi dan kambing,” jelas Robert.

Ritus yang dilakukan berupa sesajian di bawa pohon beringin ini dilanjutkan dengan misa syukur bersama masyarakat yang dipimpin oleh Pater Nando.

Penjabat Kepala Desa Munerana Laurensius Lepo bersama warga dan pemangku adat seusai melakukan ritual tolak bala.

Ketua BPD Desa Munerana Alfonsa Ponsa, usai misa syukur mengatakan, ritus adat tersebut sudah mandarah daging dalam kehidupan masyarakat lokal. Oleh karenannya harus dilestarikan agar generasi muda tidak kehilangan identitas diri.

Hal senada juga disampaikan penjabat kepala desa Munerana Laurensius Lepo. Misa syukur tersebut, katanya, merupakan ungkapan rasa syukur dan terima kasih yang mendalam sekaligus pengakuan diri kepada Tuhan atas nikmat kehidupan yang diberikan-Nya.

“Nikmat kesehatan dan rejeki  adalah berkat yang sungguh mulia dari-Nya. Tidak hanya itu kita juga harus melambungkan doa kepada alam dan juga para leluhur yang diyakini selalu bersama kita setiap saat,” kata Laurensius.»(rel)

Tags:ADATDESAHEWOKLOANGMUNERANASikkaTOLAK BALA